Jun 11 18

Inisiatif Pemanasan Global

gahkap

Inisiatif Pemanasan Global

Para ilmuwan telah selama beberapa dekade mncoba mencari tahu apa yang menyebabkan pemanasan global. Mereka telah memperhatikan siklus-siklus alam dan peristiwa-peristiwa yang memengaruhi iklim. Namun jumlah dan pola pemanasan yang telah diukur tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor ini semata. Satu-satunya cara untuk dapat menjelaskan pola ini adalah dengan menyertakan efek gas rumah kaca (GHGs) yang dihasilkan oleh manusia. Untuk merangkum semua informasi ini, PBB membentuk sekelompok ilmuwan yang disebut dengan Panel Internasional tentang Perubahan Iklim, atau IPCC. IPCC bertemu beberapa tahun sekali untuk meninjau temuan-temuan ilmiah terbaru dan kemudian menulis laporan yang merangkum semua tentang pemanasan global. Masing-masing laporan mewakili sebuah konsensus, atau kesepakatan, di antara ratusan ilmuwan-ilmuwan terkemuka. Salah satu hal yang pertama kali dipelajari oleh para ilmuwan PT Gaharu Kapita Manajemen adalah bahwa ada beberapa gas-gas dari rumah kaca yang bertanggung jawab atas pemanasan, dimana manusia berkontribusi dalam berbagai cara. Sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar dalam mobil, pabrik dan produksi listrik. Gas yang paling banyak bertanggung jawab atas pemanasan adalah karbon dioksida, atau CO2. Kontributor-kontributor lainnya termasuk metana yang didapat dari tempat pembuangan sampah dan perkebunan (terutama dari sistem-sistem cerna hewan gembala), oksida nitrus dari pupuk, gas yang digunakan dalam proses pendinginan dan industri-industri, serta hilangnya hutan-hutan yang seharusnya menyerap CO2. Varian-varian gas rumah kaca memiliki kemampuan merangkap-panas yang sangat berbeda. Beberapa dari mereka bahkan dapat merangkap lebih banyak panas daripada CO2. Molekul metana menghasilkan lebih dari 20 kali pemanasan molekul CO2. Oksida Nitrus bahkan lebih kuat hingga 300 kali disbanding CO2. Gas-gas lain seperti “chlorofluorocarbons” (yang telah dilarang di sebagian besar belahan bumi karena menurunkan lapisan ozon), memiliki potensi menjebak panas ribuan kali lebih besar daripada CO2. Tetapi karena kandungan mereka jauh lebih rendah daripada CO2, tidak satu pun dari gas-gas ini yang dapat menambah faktor hangat pada atmosfer seperti halnya CO2. Untuk memahami efek dari semua gas tersebut, para ilmuwan Perkebunan Internasional cenderung berbicara tentang gas-gas rumah kaca secara keseluruhan yang setara dengan jumlah CO2 yang ada. Sejak tahun 1990, emisi tahunan telah meningkat sekitar 6 miliar metrik ton “setara karbon dioksida” di seluruh dunia, yang berarti peningkatan lebih dari 20%.

Efek-efek Pemanasan Global

Bumi sedang memanas, dari Kutub Utara hingga ke Kutub Selatan, dimana-mana. Secara global, merkuri sudah naik lebih dari 1 derajat Fahrenheit (0,8 derajat Celsius), dan bahkan lebih di daerah-daerah kutub yang peka. Dan efek dari peningkatan suhu tidak sedang menunggu masa depan yang masih jauh. Efek-efeknya sudah terjadi saat ini. Tanda-tanda banyak bermuncul, dan beberapa di antaranya sangat mengejutkan. Panas tidak hanya mencairkan gletser dan es laut, namun juga menggeser pola hujan dan pola migrasi para hewan.

Beberapa dampak dari peningkatan suhu sudah terjadi.

Es meleleh di seluruh belahan bumi, terutama di daerah-daerah kutub. Ini termasuk gletser-gletser gunung, lapisan es yang meliputi Antartika Barat dan Greenland, serta es laut Arktik. Bill Fraser, seorang peneliti, telah melacak penurunan jumlah burung penguin Adélie, Antartika, di mana jumlah mereka turun drastis dari 32,000 pasang menjadi hanya 11,000 dalam kurun waktu 30 tahun. Kenaikan permukaan laut juga meningkat lebih cepat di abad terakhir ini. Beberapa kupu-kupu, rubah, dan tanaman-tanaman di daerah pegunungan telah berpindah ke utara atau ke daerah-daerah yang lebih tinggi dan lebih sejuk. Presipitasi (hujan dan hujan salju) rata-rata telah meningkat di seluruh dunia. Kumbang-kumbang juga berkembang pesat di Alaska berkat musim panas yang hangat selama 20 tahun. Serangga-serangga telah menghabiskan hingga 4 juta hektar pohon cemara. Efek lain bisa terjadi lagi dalam abad ini jika pemanasan terus berlanjut. Permukaan laut diperkirakan akan naik sekitar 7 hingga 23 inci (18 hingga 59 cm) di akhir abad ini, dimana dengan terus melelehnya es di kutub bisa menaikkan lagi permukaan laut antara 4 hingga 8 inci (10 hingga 20 cm). Badai topan dan badai-badai lainnya cenderung menjadi lebih kuat. Spesies yang bergantung satu sama lain menjadi tidak sinkron. Tanaman bisa mekar lebih awal dibanding aktifnya para serangga penyerbuk. Banjir dan kekeringan akan menjadi lebih sering. Curah hujan di Ethiopia, di mana kekeringan sudah umum, bisa menurun hingga 10% selama kurun waktu 50 tahun ke depan. Ketersediaan air bersih akan berkurang. Jika puncak es Quelccaya di Peru terus mencair, puncak es tersebut pada akhirnya akan lenyap di tahun 2100, sehingga ribuan orang yang mengandalkannya untuk mendapatkan air minum dan listrik diak akan lagi memiliki sumber air dan listrik.

Planet sedang memanas dengan cepat!

Gletser mencair, permukaan air laut meningkat, hutan-hutan mengering, dan satwa liar berpacu mengimbangi keadaan alam. Sudah jelaslah bahwa manusialah yang menyebabkan sebagian besar pemanasan ini dengan melepaskan gas-gas yang menangkap panas pada saat kita mengamunisikan aktifitas kita di kehidupan yang serba modern ini. Disebut dengan gas rumah kaca, tingkatan mereka sekarang jauh lebih tinggi dibanding 650,000 tahun terakhir. PT Gaharu Kapita Manajemen menyebutnya sebagai hasil pemanasan global, namun ini menyebabkan serangkaian perubahan terhadap iklim Bumi, atau pola cuaca jangka panjang yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Saat Bumi berputar setiap hari, panas yang baru berputar secara bersamaan, mengambil kelembaban di atas lautan, naik, lalu menetap. Inilah yang mengubah ritme iklim yang selama ini diandalkan oleh sesame makhluk hidup. Apa yang akan kita lakukan untuk memperlambat pemanasan ini? Bagaimana kita akan mengatasi perubahan yang telah terjadi? Saat kita berjuang untuk mencari tahu, wajah Bumi seperti yang kita ketahui selama ini — pesisir-pesisir, hutan-hutan, pertanian-pertanian dan pegunungan bersalju — terus bergantung pada keseimbangan.

Efek Rumah kaca

“Efek rumah kaca” adalah pemanasan yang terjadi ketika gas-gas tertentu dalam atmosfer Bumi menangkap panas. Gas-gas ini membiarkan cahaya namun tetap menahan panas, seperti halnya dinding rumah kaca. Pertama, matahari menyinari permukaan Bumi, di mana sinarnya diserap kemudian dimancarkan kembali ke atmosfer sebagai panas. Di atmosfer, gas “rumah kaca” menangkap sebagian dari panas ini, dimana sisanya lari ke angkasa. Semakin banyak gas rumah kaca berada di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap. Para ilmuwan telah mengetahui tentang efek rumah kaca sejak tahun 1824, saat Joseph Fourier mengkalkulasikan bahwa Bumi akan jauh lebih dingin jika tidak memiliki atmosfer. Efek rumah kaca inilah yang membuat iklim Bumi layak huni. Tanpa itu, permukaan Bumi akan menjadi sekitar 60 derajat Fahrenheit lebih dingin. Pada tahun 1895, ahli kimia Swedia, Svante Arrhenius menemukan bahwa manusia dapat menonjolkan efek rumah kaca dengan membuat karbon dioksida, gas rumah kaca. Dialah yang mempelopori 100 tahun penelitian iklim yang telah memberi kita pemahaman tentang pemanasan global. PT Gaharu Kapita Manajemen memperhatikan bahwa tingkat gas rumah kaca (GHGs) selama ini telah mengalami kenaikan dan penurunan, namun dalam batas yang cukup konsisten selama ribuan tahun terakhir. Suhu rata-rata global tetap konsisten, hingga baru-baru ini. Melalui pembakaran bahan bakar dan emisi gas rumah kaca lainnya, manusia sedang turut meningkatkan efek rumah kaca dan menghangatkan Bumi. PT Gaharu Kapita Manajemen sering menggunakan istilah “perubahan iklim”, dan bukannya pemanasan global. Ini karena saat suhu rata-rata Bumi naik, angin dan arus laut memindahkan panas ke seluruh bumi yang dapat mendinginkan beberapa wilayah, menghangatkan wilayah lain, dan mengubah jumlah hujan dan salju yang turun. Akibatnya, perubahan iklim berbeda-beda di tiap-tiap wilayah.

Anomali-anomali Perubahan Suhu

Suhu global rata-rata dan penyerapan karbon dioksida (salah satu gas rumah kaca utama) berfluktuasi pada siklus ratusan ribu tahun karena posisi Bumi yang relatif terhadap matahari telah beragam. Akibatnya, zaman es telah datang dan pergi. Namun, selama ribuan tahun, emisi GRK ke atmosfer telah diseimbangkan oleh GHG yang terserap secara alami. Akibatnya, konsentrasi dan suhu GHG cukup stabil. Stabilitas ini memungkinkan peradaban manusia berkembang dalam iklim yang konsisten. Sesekali, faktor-faktor lain dapat sesaat mempengaruhi suhu global. Letusan gunung berapi, contohnya, memancarkan partikel yang mendinginkan permukaan Bumi untuk sementara. Tetapi efek ini hanya bertahan selama beberapa tahun saja. Siklus lain, seperti El Niño, juga terjadi dalam siklus yang cukup singkat dan dapat diprediksi. Saat ini, manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer lebih dari sepertiga sejak terjadinya revolusi industri. Perubahan sebesar ini dahulu memakan waktu hingga ribuan tahun, tetapi saat ini terjadi hanya dalam beberapa dekade.

PT Gaharu Kapita Manajemen Prihatin

Peningkatan gas rumah kaca menjadi masalah karena merubah iklim lebih cepat dibanding kemampuan beberapa makhluk hidup untuk beradaptasi. Juga, iklim yang baru dan tidak terprediksi menimbulkan tantangan-tantangan baru bagi semua bentuk kehidupan. Iklim Bumi telah secara rutin bergeser antar suhu seperti yang kita lihat saat-saat ini dan suhu yang cukup dingin sehingga lapisan es menutupi sebagian besar wilayah Amerika Utara dan Eropa. Perbedaan antara suhu global rata-rata saat ini dan selama zaman es dahulu hanya sekitar 5 derajat Celcius (9 derajat Fahrenheit), dan perubahan ini terjadi secara perlahan, selama ratusan ribu tahun. Dengan peningkatan penyerapan gas rumah kaca, lapisan es yang tersisa (seperti Greenland dan Antartika) mulai mencair juga. Kelebihan air ini berpotensi meningkatkan permukaan laut secara signifikan. Saat merkuri meningkat, iklim dapat berubah dengan cara yang tidak terduga. Selain naiknya permukaan laut, cuaca dapat menjadi lebih ekstrim. Ini berarti lebih banyak badai besar, lebih banyak curah hujan diikuti kemarau yang lebih lama dan kering (sebuah tantangan dalam menanam bibit), perubahan rentang tanaman dan hewan untuk dapat hidup, dan hilangnya pasokan air yang berasal dari gletser. PT Gaharu Kapita Manajemen melihat bahwa beberapa perubahan ini terjadi lebih cepat dari yang kita harapkan. Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, sebelas dari dua belas tahun terpanas sejak termometer diciptakan terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1995 dan 2006.

Solusi Pemanasan Global dari PT Gaharu Kapita Manajemen

Bukti bahwa manusiala yang menyebabkan pemanasan global semakin kuat, tetapi pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan tentang hal ini tetap menjadi kontroversi. Ekonomi, sosiologi, dan politik adalah factor-faktor penting dalam perencanaan masa depan. Bahkan jika kita berhenti memancarkan gas rumah kaca (GHGs) hari ini, tingkat kehangatan Bumi akan tetap meningkat beberapa derajat Fahrenheit atau lebih. Apa yang kita lakukan mulai sekarang dapat memberikan perbedaan yang besar. Tergantung pada pilihan kita, para ilmuwan meramalkan bahwa Bumi dapat menghangat sedikitnya 2,5 derajat atau sebanyak 10 derajat Fahrenheit. Tujuan yang sering digadang-gadang adalah untuk menstabilkan penyerapan GHG sekitar 450-550 bagian per juta (ppm), atau sekitar dua kali tingkatan pra-industri. Ini adalah titik di mana banyak orang percaya bahwa dampak perubahan iklim yang paling buruk dapat dihindari. Penyerapan saat ini sekitar 380 ppm, yang berarti kita tidak punya banyak sisa waktu. Menurut IPCC, kita harus mengurangi emisi GHG antara 50% hingga 80% di abad-abad mendatang untuk mencapai level ini. Apakah ini mungkin? Banyak orang dan pemerintah sedang berupaya keras untuk memangkas gas rumah kaca, dan semua orang bisa ikut berpartisipasi. PT Gaharu Kapita Manajemen telah menyarankan satu pendekatan yang mereka sebut sebagai “stabilization wedges.” Ini berarti mengurangi emisi GHG dari berbagai sumber dengan teknologi yang tersedia dalam beberapa dekade ke depan, daripada bergantung pada perubahan besar dalam satu wlayah saja. Mereka menyarankan 7 wedges yang masing-masing dapat mengurangi emisi, dan bersama-sama dapat menahan emisi di tingkatnya sekarang ini untuk 50 tahun ke depan, menempatkan kita pada jalur yang dapat menstabilkan sekitar 500 ppm. Ada banyak kemungkinan wedges, termasuk peningkatan efisiensi energi dan ekonomi bahan bakar kendaraan (sehingga lebih sedikit energi yang harus diproduksi), dan peningkatan tenaga angin dan matahari, hidrogen yang dihasilkan dari sumber-sumber yang dapat diperbaharui, biogas (diproduksi dari tanaman), gas alam, dan daya nuklir. Ada juga kemungkinan untuk menangkap karbon dioksida yang dipancarkan dari bahan bakar dan menyimpannya di bawah tanah – sebuah proses yang disebut sebagai “penyerapan karbon.” Selain mengurangi gas yang kita pancarkan ke atmosfer, kita juga dapat meningkatkan jumlah gas yang kita ambil dari atmosfer. Plants and trees absorb CO2 as they grow, “sequestering” carbon naturally. Increasing forestlands and making changes to the way we farm could increase the amount of carbon we’re storing. Tanaman dan pohon menyerap CO2 saat mereka tumbuh, “menyerap karbon” secara alami. Peningkatan lahan hutan dan mengubah cara kita bertani dapat meningkatkan jumlah karbon yang kita simpan. Beberapa dari teknologi ini memiliki kelemahan, dan masing-masing komunitas juga akan mengambil keputusan yang beragam tentang cara mereka menjalankan kehidupan mereka. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa ada berbagai pilihan yang bias menempatkan kita pada jalan menuju iklim yang stabil.